Minggu, 20 April 2025

Judul 20 Menemukan Rumah dalam Diriku

 Selamat malam semua...



Untuk yang sudah simak beberapa judul di blog jatuh bangun jadi dewasa, terima kasih yah.. Semoga apapun yang aku tulis dan kalian baca sama-sama mendapatkan kebaikan. Tidur nyenyak yah.



Coba demi cobaan dalam hidup memberi pelajaran hangat, menemukan jati diri, bagaimana kita berusaha sabar menghadapi diri sendiri yang terkadang masih berantakan, bisa juga ujian itu datang dari orang sekitar kita. Ada apa dengan dirimu? Pertanyaan yang sangat amat sederhana tetapi membuat kita diam seribu kata. Jika aku jadi kamu...

Aku masih bertarung dengan diriku sendiri mulai dari displin bangun pagi. Malamnya aku berjanji bangun lebih awal dari biasanya, tetapi nyatanya itu hanya terucap di lisan saja. Malam panjang tersita karena sibuk hal-hal yang kurang bermanfaat misalnya main game sampai begadang, ngobrol tanpa mengenal waktu atau sekadar scroll tiktok tanpa henti. Mungkin hal terdengar biasa tetapi saat aku mengulangi hari ini, besok dan besoknya lagi akan menjadi kebiasaan yang buruk.

Aku yang masih berperang dengan egoku. Terkadang  di satu momen akan jadi teman baik, akan menerima saran, menjadi seseorang yang confidence, bebas melakukan sesuatu tanpa tekanan dan memandang orang lain sama dengan dirinya. Tetapi benar, keadaan perlahan akan mengubah ego kita menjadi monster yang mengerikan. Why? Karena aku hanya merasa paling benar, enggan meminta maaf, merasa takut tersaingi dengan orang lain, sulit menerima saran atau pendapat dan sebagainya.

Aku yang masih bertempur dengan innerchild dan masa lalu kelam. Bukan sesuatu yang baru bagi aku untuk bisa menjadi manusia yamg dikenal sekarang, banyak hal yang membuatku harus bertarung dengan pikiran dan berbagai perlakuan yang aku dapatkan semasa kecil. Trauma yang tak bermaksud mengundang empati, melainkan keadaan yang membuatku harus banyak belajar untuk tidak menerapkan di masa mendatang. Perjalanan masa kelam yang sejatinya tak pernah terpikir akan datang, menyadarkan bahwa setiap luka yang terpendam lama akan berdampak buruk di masa dewasa. Why? Karena di momen dewasa aku akhirnya diberi kebebasan untuk mengekspresikan rasa, berani bersuara atau mulai haus validasi terhadap masalah-masalah dalam keluarga atau lingkup pertemanan. Masa lalu yang akhirnya menjadi kenangan, harap-harap akan tetap jadi kenangan yang tak ingin aku ulang, buruk tetaplah hilang, jika ada kebaikan maka tetaplah menetap.

Aku yang masih bergelut dengan ujian hidup. Ujian hidup yang menyapaku terkadang jujur membuat menggerutu, terkadang awalnya susah untuk menerima, tetapi perlahan hati bergumam “jalani aja, yang sabar yah, kamu pasti bisa lewati ini semua, atau kata akhir yang ngebuat tenang adalah yaudah serahkan semuanya ke Allah, simpel kan?! But untuk mencapai tenang itu butuh waktu yang cukup lama. Harus banyak belajar, belajar dan ikhlas menerima keadaan. Adakalanya saat aku berada di masa-masa sulit ku, tak banyak bersuara, I just need space, bahkan parahnya silent treatment yang menjadi solusi untuk terhindar dari omongan orang sekitar. Aku sering mencari validasi dan perhatian orang lain nyatanya tidak ada yang benar-benar bisa selalu ada. Tapi hal itu sebenarnya bukan solusi terbaik. Terkadang pula statement kalau hidup benar-benar berantakan, nggak tau harus gimana, ngebuatku mengambil jeda dari semuanya. Mulai aware and care bahwa sejatinya rumah yang selama ini aku cari maybe di keluarga, sahabat, atau teman ternyata ada di dalam diriku sendiri. Tidak ada yang benar-benar bisa memelukku selain diri sendiri, bagaimana aku  harus merangkap jadi pendengar baik, dan pencerita yang ulung untuk problem dalam hidupku. Apakah aku salah selama ini mencari rumah pada orang lain? Jawabannya, tidak. Saat kamu selama ini berusaha jadi pendengar terbaik bagi orang lain, segoyahnya akupun harus didengar, dilihat, dipedulikan dan tidak diremehkan. Bukan memberitahu secara terang-terangan tetapi perlu kesadaran dari setiap orang yang ditemui.

 

Sebuah pesan,...

Tempat kembali paling aman adalah menemukan dirimu sendiri, apa yang kamu inginkan atau butuhkan tanpa membuat orang lain merasa risih, tetap jadi dirimu yang bertumbuh dalam kebaikan tanpa harus banyak menggerutu.

 

Aku yang cukup dengan diriku, saat aku mampu menerima segala kelebihan dan kekuranganku. Kelebihan yang membuatku terus belajar bersyukur, kekurangan yang mengajarkan untuk bertumbuh tanpa melupakan jati diriku. Berterima dengan trauma dan berupaya sembuh darinya adalah tindakan paling jujur, displin bangun pagi atau hal-hal kecil yang berusaha aku ubah adalah strategi hidup menuju gerbang kesuksesan. Menghadapi ujian demi ujian dengan badan tegak akan menjadikanku manusia yang lebih kuat dan berprinsip.

Sekarang, rumah adalah ‘aku’. Jika hidup ingin aku kuat dan tegar akan ku hadapi tantangan dengan sabar, syukur dan tawakal. Mau nangis, mau bahagia, mau tertawa sampai capek kalau hal itu hanya untuk diri sendiri, why not. Please! Normalisasi bilang ke diri, ngga papa harus lambat, ngga papa kalau jalanku dengan orang lain berbeda, ngga papa banget ngga harus seperti orang lain, karena nyatanya jadi diri sendiri itu juga menyenangkan dan harus mengistimewakan diri sendiri dulu. Apreasiasi setiap hal-hal sederhana yang telah ku ciptakan hingga saat ini, tetap menjadi aku tanpa harus menjadi orang baru di hadapan orang lain. Tetap semangat menjalani hidup yang masih jadi rahasia Allah, apapun kedepannya jangan pernah menyerah, aku, kamu dan kalian semua layak untuk merayakan dirimu sendiri. Tetap tersenyum bagaimanapun keadaannya, teruslah mengukir banyak kebaikan hingga kehidupan benar-benar berakhir.

 


Minggu, 06 April 2025

Judul 19 Kok Hidup Gini Amat Yah? Segalanya Tertunda

 Selamat malam semua...


Untuk yang sudah simak beberapa judul di blog jatuh bangun jadi dewasa, terima kasih yah.. Semoga apapun yang aku tulis dan kalian baca sama-sama mendapatkan kebaikan. Tidur nyenyak yah.



Manusia adalah makhluk paling banyak maunya. Setiap hal yang bahkan sudah ada di depan mata, belum tentu disyukuri bahkan ingin lebih. Terkadang sifat menuntut itu membuat manusia jadi ambisius. Mungkin segala yang diinginkan bukanlah sesuatu yang buruk karena kita memiliki standar hidup yang berbeda. Tapi di sela itu kita perlu sadar ada batasan dari semua keinginan. Kita harus tau bahwa terkadang sesuatu hal yang sangat di dambakan belum tentu bisa didapatkan di hari yang sama, terkadang untuk meraihnya perlu perjuangan dan pengorbanan dari segi tenaga, waktu dan materi.

Kehidupan selayak jalanan. Terkadang menemukan jalan lurus, jalan berbelok-belok, jalan yang rusak, jalan penuh genangan air hujan dan becek serta jalan yang berbatu besar. Kecepatan untuk sampai tujuan bukan diukur dari seberapa cepat kendaraan kita melaju melainkan bagaimana kesabaran dan teliti melewati jalan-jalan yang rusak tadi. Saat ada di posisi terpuruk dan ujian datang silih berganti kita banyak bertanya, kenapa hidupku gini-gini amat yah? Nggak seperti temanku, tetanggaku, atau orang lain di luar sana? Kenapa hidupku nggak bisa tenang yah? Kenapa doa-doaku belum dikabulkan? Seakan menuntut kata why? Tanpa mempertanyakan what and how? Apa yang membuat hidup gue seperti ini yah? Kira-kira kesalahan apa yang gue lakuin sehingga gue susah untuk tenang? Kenapa segala urusan seperti berjalan lambat?

Taraf manusia yang mempergunakan akal sehat, logika dan melihat syariat Allah maka kita akan berpikir dan merenung atas kejadian yang dialami. Segalanya tertunda hingga akhirnya hati pun memberi dugaan ouhh maybe gue masih bolong shalatnya, ouhh gue masih sering bermaksiat, gue mungkin banyak permintaan tapi kurang sujudnya. Terkadang butuh waktu yang lama untuk menyadari bahwa segala bentuk dugaan-dugaan kita adalah bentuk sinyal Allah agar kita segera kembali kepadaNya. Terkadang pula kita banyak mengedepankan diri kita dibandingkan hal yang diinginkan Allah. Saat kita tau segala pertanyaan ataupun dugaan itu semakin bermunculan maka secara refleks ngebuat kita bertanya lagi pada diri, bagaimana solusi agar hidup bisa lebih baik dari sebelumnya? Tiada solusi alternatif selain kembali dan bertaubat kepadaNya serta menyesali segala perbuatan buruk yang kita lakukan selama ini.


Sebuah hadis Qudsi yang indah,

“Jika seseorang mendekat kepada-Ku (Allah) sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku datang kepadanya dengan berlari.” (HR.Bukhari, no. 6137)

Dari hadis ini, Allah mau bilang ke kita bahwa saat melakukan dosa yang banyak, dan ada momen kita ingin kembali kepadaNya, maka Allah dengan kasih sayangNya akan menyambut dengan tangan terbuka. Kalau kata Nar dalam bahasa gaulnya sih Allah lebih excited nungguin kita pulang ke Dia. Dia kangen banget sama kita.

Ada banyak kesenangan dan kebahagiaan di dunia yang kita rasakan, tetapi remember bahwa setiap kebahagiaan itu tidak akan membuat kita tenang sepenuhnya, Why? Karena bisa jadi orientasinya adalah dunia. Saat kebahagiaan itu bermuara pada Allah dan akhirat maka itu udah beda level, sebanyak apapun ujian dan cobaan hidup tidak membuat kita mudah goyah sedikitpun. Disinilah letak keimanan kita kepada sang Pemilik Kehidupan.

Jika segala urusan kita tidak kunjung terlaksana, maka di momen ini kita menarik diri serta merenung hal apa yang ingin kita benahi? Jika ujian terasa berat untuk dihadapi, maka yakinkan diri bahwa hidup tak akan bersih dari ujian kecuali kita telah berkalam tanah, jadi cara menghadapinya dengan sabar dan shalat, maka semuanya akan perlahan bisa dilalui. Iya tau, it’s not easy, right?! Tapi ingat bahwa balasan Allah untuk orang yang bersabar ialah pahala tanpa batas, tidakkah kita menginginkan hal tersebut? Jika hidup terasa berantakan dan tidak tenang, mulai mencari akar dari permasalahan tersebut. Hidup tenang yang bisa kita dapatkan dari hal-hal kecil yakni berusaha tidak khawatir atas segala takdir atau skenario hidup yang Allah rencanakan untuk kita. Kita hanya perlu ikhtiar dan berdoa karena dua hal itu milik kita, jika berbicara hasil maka hal itu urusan Allah. Jika kita sebelumnya mengeluh terhadap hidup, cobalah untuk perbanyak syukur. Sifat mengeluh pun tidak akan mempermudah kehidupan kita bukan? Ada momen kita hanya diam dan merenung agar hati tidak melakukan hal-hal yang tidak kondusif. Yukk luaskan sabarnya, dan di bentangkan lagi syukurnya. Memang tidak mudah selayaknya kita mengucapkan tetapi cara inilah yang akan membuat kita bisa hidup lebih tenang dan menyerahkan segala urusan kepada Allah. Semangat untuk hidup yang masih panjang ini, You strong, you can do it!

 

 

 


Judul 25 Teropong Masa Lalu

 Selamat malam semua... Untuk yang sudah simak beberapa judul di blog jatuh bangun jadi dewasa, terima kasih yah.. Semoga apapun yang aku tu...