Babak kehidupan manusia
tidak melulu dengan membuat seseorang yang berada di sekitarnya bahagia,
seringkali timbul perasaan dan diikuti pertanyaan kapan yah aku bisa bahagia?
Kapan aku mewujudkan semua harapan yang kudambakan? Bukan karena tidak peduli
tetapi belajar membuat hal yang membahagiakan diri sendiri itu juga sangat
penting. Kebahagiaan dapat kamu ciptakan sendiri mulai dari self love. Istilah Self love selalu kita dengar kan? Bagaimana cara kita mencintai diri
sendiri, bagaimana perlakuan kita terhadap hidup atau simpelnya cara bahagia
untuk diri sendiri. Mungin di luar sana self
love mereka diidentikkan dengan jalan-jalan keliling benua Eropa, makan di
restoran mewah, atau ikut konser Blackpink atau BTS misalnya. Eitss tapi self love sebenarnya luas kok, saat kamu
sudah memahami dirimu yang sebenarnya dengan melakukan hal-hal positif dalam
hidupmu itu sudah cukup. Mulai dari kamu berterima dengan dirimu yang sederhana
dan mencintai ibadah. Bukankah ibadah membuat kita merasa bahagia dan tenang?
Allah memberikan rasa bahagia kepada HambaNya selalu berusaha mendekat
kepadaNya. Contoh kecil ketika kita shalat. Terkadang sebelum kita melaksanakan
shalat ternyata isi kepala kita penuh beban yang berat terkadang sudah
nangis ke Allah di setiap pengujung shalat. Selepas shalat akan datang rasa
ketenangan yang meneduhkan hati dan pikiran kita, seakan beban berat yang kita
tanggung Allah telah ringankan. Saat rasa cinta kepadaNya semakin besar maka
nantikanlah kebahagiaan yang indah. Bukan saja self love dalam ibadah melainkan akan banyak cara bahagia yang
paling sederhana misalnya membaca Al-Qur’an, banyak berdzikir, dan berkumpul
dengan keluarga dan kerabat yang mengingatkan kita terhadap kenangan masa
kecil. Saat itu kita tertawa lepas dan seketika melupakan semua masalah kita,
berjumpa bersama teman-teman yang sefrekuensi, kamu berbicara dengan mereka
tanpa canggung atau malu sedikitpun. Bukan hanya itu saja, melihat ciptaanNya
seperti senja di ujung hari selalu membuat hati bahagia dan berbagai self love yang lainnya.
Mencinta diri sendiri bagian dari memberikan self reward kepada diri sendiri. Memenuhi setiap ekspetasi dan harapan yang diinginkan. Aku ingin menceritkan sebuah kisah seorang mahasiswa akhir yang terus berusaha membuat dirinya bahagia ditengah gempuran skripsi dan ujian hidup. Dia sangat berharap bisa melanjutkan S2 di Yogjakarta. Dia mulai mengenal dunia perkuliahan semenjak duduk di bangku SMA. Dia mendapat berbagai dukungan dari orang-orang sekitarnya, bahkan yang terbayang di pikirannya dulu mengenai dunia kampus yakni layaknya mahasiswa sinetron yang hanya duduk diam mendengar dosen kemudian beranjak pulang. Hingga akhirnya dia lulu di salah satu perguruan tinggi terbaik di Sulawesi Selatan yaitu Universitas Negeri Makassar. Hari pertama merasakan selayaknya mahasiswa baru yang polos dan tidak tahu apapun tentang dunia kampus lambat laun menyadari bahwa dunia kampus layaknya berjalan di atas rel kereta api yang penuh kerikil, mudah tetapi begitu menyakitkan. Hari demi hari dia jalani dengan tabah sehingga dihadapkan berbagai problem keluarga, pertemanan, mental, dan finansial tetapi hal itu tidak menyurutkan langkahnya untuk terus menapaki perkuliahan hingga dia bergelar sarjana seperti impian. Akhirnya dia menginjak semester akhir, menyandang status sebagai mahasiswa akhir tidaklah mudah berbagai lontaran pertanyaan kapan kamu lulus?, kapan wisuda? Kapan sarjana? Seakan pertanyaan itu menghantui setiap saat. Dunia perkuliahan diidentikkan dengan tugas akhir atau sering disebut skripsi dengan lika-likunya. Merasakan lelah bolak-balik kampus, konsultasi dan bimbingan dengan dosen seakan menjadi konsumsi sehari-hari. Dia pernah duduk bersama sahabat dan dia mulai tersadar bahwa semester akhir itu bukan hanya memerlukan kesenangan lagi tetapi dia membutuhkan ketenangan dan persahabatan yang sehat. Sejak saat itu, dia belajar banyak dan mulai babak baru walaupun sudah terlambat, tapi lambat bukan selalu buruk bukan? Tiba saatnya dia mulai mempersiapkan untuk menyusun proposal. Hari begitu cepat, dia terkurung dalam kamar dan bergelut buku-buku, laptop dan catatan mahasuiswa akhir. Terkadang rasa lelah itu ada bahkan kata menyerah pernah terbisik dibenaknya, tetapi selalu dia tepis dan berkata “apakah aku harus menyerah? Ingat tujuanmu kuliah kan?!, padahal sudah sejauh ini dan sudah selelah beberapa minggu ini?” katanya. Shalat, Al-Quran, dzikir, dan menonton Youtube Helo Bagas yang membuat dia lebih tenang dan lega. Malam itu, dia bergumam sendiri “Saat ini aku harus mulai mencari kebahagiaanku sendiri misalnya dengan selft reward ketika aku berhasil menyelesaikan planning atau target”. Seakan ide yang ada dikepalanya itu membuatnya begitu bahagia dan garis senyum yang pernah melengkung itu seakan tertarik lurus lagi. Awal September dia pernah berjanji dengan dirinya sendiri ketika proposal ini sudah selesai, dia ingin sekali memiliki my time, ingin merasakan duduk bersantai di Center of Point Indonesia (CPI) di Lego-Lego, Makassar. Dan keinginan itu terwujud setelah menyelesaikan proposalnya. Sepanjang hari yang dia lalui begitu bermakna, langit cukup terang, dia merasakan kedamaian, senyuman tergambar ketika melihat keindahan di sore hari, menatap pantai Losari dan menatap masjid begitu megah dengan 99 asmaul husna dan menjadi kenangan yang patut diabadikan. Kebahagiaan itu bertambah dengan membaca buku di pinggir pantai, lalu berpidah tempat ke area permainan dan melihat anak-anak kecil berlari-lari dengan gembira. Dengan ayungan kaki menatap langit yang teduh itu membuat dia merasakan damai yang begitu mendalam. Sejak saat itu, dia telah menemukan kebahagiaan. Jika orang di luar sana kebahagiaan dengan harta, membeli barang-barang mewah, dia hanya duduk sambil membaca buku di pinggir pantai sambil menatap keindahan laut yang berdampingan dengan gedung-gedung mencakar langit, itulah bentuk cintanya kepada dirinya. Tidak berhenti disitu, dia telah menerapkan self reward itu dalam kehidupannya walaupun hal kecil misalnya dia telah menyelesaikan revisi proposal dan me time dengan makan bakso sendirian. Teramat sederhana tetapi bermakna. Versi terbaik menurutnya ketika kita memberikan hadiah untuk diri sendiri (gift for yourself) atas segala pencapaian-pencapaian yang berhasil dia selesaikan dengan begitu baik. Sejatinya kebahagiaan itu tercipta dari hatimu yang teduh dan tenang, bahagia itu tentang kamu yang memberikan senyuman pada dirimu dan menular kepada orang-orang sekitarmu.
Dari kisah tersebut menyadarkan kita satu hal yakni self love yang sesungguhnya ketika kita berusaha mencari kebahagiaan diri sendiri dengan hal-hal sederhana yang kita lakukan. Sejatinya yang paling paham dengan diri kita adalah Allah dan diri sendiri. Kebahagiaan bukan lagi bergelimang harta tetapi bagaimana hati mendapatkan ketenangan. Ketenangan itu mahal dan tidak didapatkan sepenuhnya dalam kekayaan kita. Semenjak itu kata terima kasih selalu terucap kepada Allah yang selalu menjadi garda terdepan ketika dalam keadaan susah maupun senang, atas segala kemudahan dan cinta yang tak pernah pupus dan kepada diri kita yang berusaha kuat dan tegar untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di kehidupan selanjutnya. “Tetap bahagia yah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar